REQ, tak berhenti sampai disini....
ya....gx pa'' itung-itung menuhin blog ini!
cikibot


Komposisi
Tiap ml injeksi mengandung ranitidine hydrochloride setara dengan 25 mg ranitidine base.

Cara Kerja
Ranitidine adalah antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2).
Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung. Dalam menghambat reseptor H2, ranitidine bekerja cepat, spesifik dan reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung.
Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin.
Pada pemberian oral, ranitidine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap, tetapi sedikit berkurang bila ada makanan atau antasida. Pemberian dosis tunggal 150 mg ranitidine, kadar puncak dalam darah akan tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian, waktu paruh kira-kira 3 jam dan lama kerja sampai 12 jam.
Ranitidine diekskresi terutama bersama urin dalam bentuk utuh (30%) dan metabolitnya, serta sebagian kecil bersama feses.

Indikasi
Ranitidine digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan duodenum akut, refluks esofagitis, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma Zollinger-Ellison.

Dosis
Terapi oral
Dewasa : Tukak lambung, duodenum dan refluk esofagitis, sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4 – 8 minggu.
Untuk hipersekresi patologis, sehari 2 – 3 kali 1 tablet.
Bila keadaan parah dosis dapat ditingkatkan sampai 6 tablet sehari dalam dosis terbagi.
Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari.
Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan klirens kreatinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet.
Dosis untuk anak-anak belum mantap.
Terapi parenteral
Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau intermiten untuk penderita rawat inap dengan kondisi hipersekretori patologik atau tukak usus dua belas jari yang tidak sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa :
Injeksi i.m. atau i.v. intermiten : 50 mg setiap 6-8 jam. Jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari.
Jika ranitidine diberikan secara infus, 150 mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama lebih dari 24 jam; pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dimulai kecepatan 1 mg/kg per jam.
Jika setelah 4 jam penderita masih sakit, atau jika sekresi asam lambung lebih besar dari 10 mEq/jam, dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam lambung.
Pada penderita gagal ginjal dengan klirens kreatinin kurang dari 50 ml/menit, dosis i.m. atau i.v. yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hati-hati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam.

Cara pemberian:
Injeksi secara i.m. : tidak perlu diencerkan.
Injeksi i.v. intermiten : 50 mg ranitidine tiap 6-8 jam diencerkan dengan larutan natrium klorida 0,9 % atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 2,5 mg/ml (total volume 20 ml) dan kecepatan injeksi tidak melebihi 4 ml per menit (waktu seluruhnya tidak kurang dari 5 menit).
Infus intermiten : 50 mg ranitidine tiap 6-8 jam diencerkan oleh larutan dextrose 5 % atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/ml (total volume 100 ml); kecepatan infus tidak lebih dari 5-7 ml per menit (waktu seluruhnya 15-20 menit).
Infus : 150 mg ranitidine diencerkan dalam 250 ml dextrose 5 % atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, ranitidine injeksi harus diencerkan dengan dextrose 5 % atau larutan i.v. lain yang cocok dan kecepatan infus dimulai 1 mg/kg per jam, kecepatan ini harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
Karena ranitidine ikut terdialisa, maka pemberian harus disesuaikan sehingga bertepatan dengan akhir hemodialisa.

Efek Samping
- Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual, diare dan pruritus.
- Konstipasi, pusing, sakit perut.
- Confusion, hyperprolactinemia, gangguan fungsi sexual, hepatitis (jarang).
- Rasa sakit di daerah penyuntikan pada pemberian secara i.m.
- Rasa terbakar pada pemberian secara i.v.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ranitidine. 

Interaksi Obat
Diazepam, propanolol, teofilin dan warfarin dapat mengurangi aktivitas ranitidine.
Midazolam, fentanil, nifedipin dapat menghambat metabolisme obat.
Pemakaian antasida lokal bersama-sama dengan ranitidine dapat menurunkan absorpsi ranitidine, penderita yang diberi ranitidine jangan diberi antasida lain selama satu jam setelah pemberian ranitidine.
Pemakaian antimuskarinik bersama-sama dengan ranitidine dapat meningkatkan efek penekanan sekresi asam lambung tetapi mekanisme yang pasti belum diketahui.

Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya.

Perhatian
- Keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum dapat dipastikan.
- Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
- Pemberian ranitidine pada penderita keganasan lambung dapat menutupi gejala-gejala penyakit ini.
- Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat dipastikan (estabilised).
- Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak (ulkus), tetapi tidak mengubah jalannya penyakit sekalipun pengobatan dihentikan. Karena itu pengobatan penunjang terutama diberikan bila kambuhnya tukak (ulkus) berat dan sering, serta apabila pembedahan akan membahayakan penderita karena usia atau adanya penyakit yang menyertai.
- Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat porfiria akut.

sumber: www.indofarma.co.id
Share To:

5hufree

Post A Comment: